Mencaritempat mengajar di zaman sekarang sangat susah. Ketika lulus dari perguruan tinggi jurusan pendidikan atau guru, seseorang biasanya mengaharapkan dirinya agar dapat mengajar di suatu lembaga pendidikan seperti di Sekolah dan bimbingan belajar. Dengan mengajar berarti dia mengamalkan ilmunya untuk mencerdaskan anak bangsa, dan dengan mengajar pula dia mendapatkan income untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Harapan atau cita-cita untuk mengajar tidaklah selalu berjalan mulus. Apalagi di zaman sekarang ini di mana persaingan semakin ketat. Lihatlah di lapangan banyak lulusan guru atau sarjana pendidikan yang banyak menganggur dan belum mendapatkan tempat mengajar yang diharapkannya. Dewasa ini banyak orang yang mulai melirik profesi guru karena guru di zama sekarang sudah berbeda dengan ketika zaman sebelum dan sesudah order baru, kalau zaman dahulu profesi ini tidak diminati banyak orang sekarang menjadi terbalik, banyak masayarakat yang menyekolahkan atau mengkuliahkan anak-anaknya di perguruan tinggi supaya nantinya dapat menjadi seorang guru.

Guru yang tidak berkompeten
Sungguh terlalu yang bodoh yang mengajar yang berpotensi justru menganggur 


Guru di zaman sekarang ini tidak lagi diberi lencana “Pahlawan tanpa tanda jasa”. Guru sekarang sloganya adalah professional, sejahtera dan bermartabat. Cobalah profesi guru yang sekarang ini sangat jauh lebih sejahtera dibandingkan dengan zaman dahulu. Menurut saya pribadi Guru yang disebut pahlawan tanpa tanda jasa lebih tepat disematkan pada guru-guru honorer yang mengabdi sebagai wiyata bhakti, guru-guru ini mengajar seperti guru yang sudah PNS bahkan bisa dikatakan guru wiyata bhakti lebih energik, lebih memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan guru-guru senior yang gaptek komputer dan perkembangan kemajuan zaman. Lihatlah di lapangan guru-guru muda yang masih mengabdi justru memiliki kecepatan, kreatifitas, keterampilan komputer serta akademik dan metode pengajaran yang lebih variatif, tidak konvensional. Namun sungguh ironis guru yang memiliki potensi digaji tidak lebih baik daripada kuli.

Mencari dan mendapatkan sekolah tempat impian mengajar di zaman sekarang sulitnya bukan main. Penulis pernah mendengar informasi dari teman penulis kalau ada beberapa sekolah yang mengharuskan membayar ke sekolah untuk dapat mengabdi dan mengajar dan jumlahnya tidak tanggung-tanggung mencapai angkat jutaan. Susahnya menjadi tenaga pengajar di sekolah ini mungkin dikarenakan karena meledaknya angakatan lulusan guru yang menjamur di mana-mana. Degan keadaan seperti ini persaingan menjadi sangat ketat.

Zaman sekarang ini semuanya berurusan dengan duit, uang. Dengan uang semuanya berjalan lancar. Asal ada uang maka lulusan sarjana yang paling bodohpun sekalipun dapat dengan mulusnya mendapatkan tempat mengajar. Selain uang tentunya channel, asal kita memiliki koneksi atau orang dalam atau bisa dikatakan ada yang membawa, dijamin dapat dengan mudah mendapatkan tempat mengajar. Praktek suap, kolusi, nepotisme tidak hanya terjadi di lingkungan birokrasi pemerintahan tetapi juga sudah menjalar di sekolah-sekolah. KKN memang sudah mendarah daging di Negara kita sehingga sangat susah diberanguskan. Dan tidak sedikit yang mengajar di sekolah-sekolah yang kurang berkompeten, mereka hanya mengandalkan uang dan orang dalam. Dari cara masuknya saja tidak benar bagaimana dia mengajar anak-anak didik kita? Yang bodoh yang mengajar,,, sedangkan mereka yang berkualitas karena tidak memiliki relasi dan uang terpinggirkan susah mendapatkan pekerjaan sebagai guru.  

4 comments:

  1. Ups....it seem so actual and factual, I thought. Due above article remind me - nothing changes except the change.

    According to latest paragraph, I love the inspired one, even never taught me directly but I could learn from.

    ReplyDelete
  2. Thanks for coming to my other blog... hope the article can be such an iformation and refelection.. the inspired one..

    ReplyDelete
  3. Ha3x.......you gotta "kamisolsolen" in speaking or "buyuten" due write.............

    ReplyDelete

Thanks for coming here

 
Top